Gigi Sensitif Tidak Bisa Disepelekan, Ini Alasannya : Yogyakarta, Kesehatan gigi dan mulut dirasa masih belum
menjadi perhatian utama masyarakat. Padahal sudah banyak riset yang
memaparkan bahayanya cara menggosok gigi yang salah atau malas sikat
gigi sebelum tidur, misalnya. Salah satu gangguan gigi yang kerap
disepelekan adalah gigi sensitif.
"Gigi sensitif adalah hidden
complaint, keluhan tersembunyi. Pasien merasakan ngilu tapi tidak
mengeluh atau menganggap sepele gigi sensitif," tandas Dr. drg. Ahmad
Syaifi, Sp. Perio., dalam acara temu media dan sosialisasi kerjasama
GlaxoSmithKline (GSK) dengan Kementerian Kesehatan RI, Dukung Puskesmas
TIngkatkan Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat, yang
diselenggarakan di Puskesmas Depok III Sleman DI Yogyakarta, Senin
(28/10/2013).
Dari data Ipsos Indonesia 2011 juga menunjukkan 45
persen atau 115 juta masyarakat Indonesia (usia 19-50 tahun) mengalami
gigi sensitif namun 52 persen di antaranya tidak berkonsultasi kepada
dokter ataupun menangani keluhannya. Tapi ini belum seberapa, 75 persen
penderita gigi sensitif sudah berupaya menangani keluhannya namun tidak
menggunakan solusi yang baik dan benar.
Lalu apa itu gigi
sensitif? drg. Ahmad Syaifi yang akrab disapa dengan drg. Asep
menerangkan gigi sensitif atau hipersensitivitas dentin merupakan
sensasi nyeri yang pendek dan tajam yang terasa di gigi. Apalagi di
Yogyakarta, dimana notabene masyarakatnya menggemari makanan manis,
risiko masyarakatnya terkena gigi sensitif bisa jadi lebih tinggi.
Sebab
makanan manis yang tekanan osmosisnya lebih tinggi daripada jenis
makanan lainnya diduga memberikan tekanan yang lebih besar pada gigi
sehingga dapat menimbulkan abrasi leher gigi. Abrasi atau pengikisan
pada leher gigi inilah cikal bakal dari gigi sensitif.
"Tapi
kebanyakan kasus gigi sensitif sebenarnya terjadi karena sikat gigi yang
salah. 91 Persen masyarakat Indonesia sudah menyikat gigi, namun hanya
7,3 persen saja yang sudah melakukannya dengan benar," ujar Direktur
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof Soedomo Universitas Gadjah Mada
tersebut.
"Dan perlu diingat, menggosok gigi itu bukan untuk
memutihkan gigi tapi hanya membuang plak. Makanya kalau setelah digosok
tapi tetep nggak putih-putih, orang akan terus mencari pasta gigi yang
bisa memutihkan, padahal itu tidak benar. Karena terus digosok,
dentinnya terbuka, sehingga terjadi abrasi email leher gigi dan gusi
melorot. Pada akhirnya inilah yang menyebabkan gigi sensitif," tegasnya.
Sensasi nyeri yang tajam dan pendek yang dialami penderita gigi sensitif
biasanya dipicu oleh udara dingin, tekanan udara yang tinggi, gigi
mengering, paparan gula maupun asam, atau adanya tekanan tertentu pada
gigi.
drg. Asep mengingatkan bahwa permasalahan gigi sensitif
ini tak dapat diabaikan. Dengan mengacu pada konsep 'oral health related
to quality of life', gigi sensitif tergolong ke dalam faktor
psikososial yang menyebabkan kualitas hidup seseorang bisa menurun
karena menimbulkan ketidaknyamanan. Jika tidak ditangani dengan benar,
gigi sensitif akan berdampak buruk terhadap kesehatan gigi dan mulut
secara menyeluruh.
Namun karena masalah utama pada kasus gigi
sensitif dewasa ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat terhadap hal
itu, maka solusinya diperlukan tenaga kesehatan yang getol dan ajeg
mempromosikan kesehatan gigi dan mulut, berikut prosedur perawatannya. Jangan diklik bahaya
Tak lain demi mencegah terjadinya gigi sensitif yang dapat menurunkan
kualitas hidup si pasien.
Sumber 1 2
Title : ALASAN GIGI SENSITIF TIDAK BISA DISEPELEKAN
Description : Gigi Sensitif Tidak Bisa Disepelekan, Ini Alasannya : Yogyakarta, Kesehatan gigi dan mulut dirasa masih belum menjadi perhatian utama ma...