Minggu kemarin saya menyimak siaran dakwah Islam di TVONE. Ustad menyampaikan 7.000 orang dari Indonesia sehari berangkat Umroh. Sebuah angka Umroh tertinggi di dunia. Saya tercenung membayangkan angka itu. Luar biasa. Agamis sekali. Islami betul.
Tiga hari ini saya bermimpi bertemu dengan Aku Alessia, gugur lima bulan dari kandungan ibunya, karena sakit. Dari paparan Aku, banyak sekali anak-anak Indonesia dipaksa keluar dari rahim ibu. Jumlahnya ternyata sama dengan jumlah orang Umroh dari negeri yang berumroh 7.000 sehari ini. Maka dari tiga tulisan siap saya tuntaskan, tangan bergerak menaikkan ini.
Penasaran akan cerita Aku, pagi ini saya
mencoba mencari di google berita berkait ke aborsi. Di luar dugaan saya,
pada 2012 aborsi mencapai 2,5 juta orang. Pelakunya mulai perempuan
usia remaja hingga dewasa. Hal itu dipaparkan oleh Wakil Ketua Umum
Perhimpunan Dokter Spesialias Andrologi Indonesia (Persandi),
WimpiePanghila, di Semarang, 12 April 212 di sela acara Life Extension Strategies and Recent Reproductive Healt Issues di Hotel Patra.
Di perkotaan melakukan aborsi ditangani dokter, di pedesaan diaborsi dukun. Nah angka 2,5 juta itu, jika dibagi rata 365 hari maka mendekati 6.900. Tidak berlebihan setehun setelah Wimpie memaparkan makalahnya, saya menyebutkan hari ini: Umroh dan Aborsi angkanya sama di 7.000 di negeri ini.
Bila tahun lalu angka itu sudah tertinggi di Asia, maka kuat dugaan saya 7.000 itu menjadi tertinggi di dunia.
Paparan Wikmpie tahun lalu; tingginya
kasus aborsi ini karena semakin terbukanya perilakukan pacaran, peran
keluarga longgar dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya,
mendorong melakukan hubungan seks pranikah. Kini dianggap bukan lagi
sesuatu perbuatan menyimpang, sehingga kalau ada kesepakatan antara si
pria dan wanita maka terjadilah hubungan badan. Bila hubungan seks
pranikah tersebut kemudian mengakibatkan kehamilan bagi si wanita,
mereka menempuh jalan pintas: aborsi.
Wimpie, juga Ketua Asosiasi Seksologi
Indonesia, mengatakan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKN) tercatat 30% mereka yang berpacaran telah melakukan hubungan
pranikah. Namun dari pengamatannya di lapangan angkanya mencapai 50%.
Dan betapa memilukan hati bila saya
mendengar cerita Aku Alesia. Ia bertutur ada temannya Ajeng. Katanya,
Ajeng lebih tua, 6 bulan di kandungan. Oleh ayahnya diminta dikeluarkan
sang ibu. Saya bertanya bagaiman proses mengeluarkannya? Kata Aku,
dilakukan orang berpakaian putih. Ia dikeluarkan pakai besi. Badan Ajeng rusak. Bahkan dua bola matanya keluar. “Ajeng menangis air mata darah,” ujar Aku.
Ini untuk kedua kalinya saya menyimak soal air mata darah. Pertama ketika sosok Ibu Ziad, yang menangis air mata darah, membuat saya tergerak berangkat ke Abu Dhabi, 2010, walaupun negara
tak mampu memulangkan anak sang Ibu, saya berusaha ke sana dan akhirnya
membawa pulang Ziad, 33 hari kemudian. Tulisan ihwal ini sudah ada di
blog, online, awal 2010. Nah kini yang kedua kali. Kendati hanya mimpi,
tetapi mimpi yang berulang dalam 3 hari ihwal cerita Aku, tentulah
sangat sesuatu.
Aku bertutur lagi soal, temannya baru
lahir bernama Ilham, dibuang di tempat sampah di Bekasi. Ilham
mengatakan kepada Aku, ia ditarok di tempat sangat bau, tidak ada yang
beri makan, panas, hujan, badannya lalu membusuk bersama sampah sangat
sangat bau. Ruhnya diambil Allah. Ilham kini di surga.
Ada lagi Laras. Ia dipaksa keluar dari
Rahim ibunya. Ceritanya tak kalah memilukan. Tak kuasa saya menuliskan.
Dari tempat-tempat pembuangan para bayi suci itu, salah satunya closed di kamar mandi.
Lama saya tercenung.
Apakah ini berkait
ke yang saya sebutkan sebagai memuliankan keinsanan. Dan atau juga doa
pernah saya panjatkan di bundaran HI di hadapan Jokowi, kini Gubernur
DKI di saat usai mendaftar dari KPUD DKI: Jadikan pemimpin yang
memuliakan keinsanan, menempatkan intangible asset di atas kebendaan?
Saya tak paham.
Mana lebih dahsyat mudaratnya, korupsi
laku mengikir belulang rakyat terus terjadi, dan perilaku membunuh jasad
bayi di kandungan, belum dan atau baru lahir ke dunia?
Yang pasti kini bangsa ini membutuhkan pemimpin, pengelalola negara memuliakan
kinsanan. Bukan semata bangga transaski bursa saham tinggi, ekonomi
tumbuh tinggi. Sisi-sisi keinsanan terjun bebas tak berkira?
Iwan Piliang, Citizen Reporter
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/08/opini-umroh-tinggi-aborsi-tinggi-549311.html
Title : OPINI : UMROH TINGGI ABORSI TINGGI
Description : Minggu kemarin saya menyimak siaran dakwah Islam di TVONE. Ustad menyampaikan 7.000 orang dari Indonesia sehari berang...