Menelusuri Bumi 32 Ribu Tahun Silam : Tanya Jawab
dengan Penulis Kim Stanley Robinson
Oleh Miriam Kramer, LiveScience
Tiga puluh dua ribu tahun lalu, dunia sulit dikenali. Planet tersebut
bergolak dengan Zaman Es. Binatang yang kini sudah punah bebas
berkeliaran dan Neanderthals mungkin sudah hidup bersama dengan manusia
modern.
Penulis fiksi ilmiah Kim Stanley Robinson menghadirkan
dunia yang sudah lama berlalu itu di buku terbarunya “Shaman”, yang akan
diluncurkan pada 3 September oleh Orbit Books. Buku tersebut berkisah
tentang dukun pemula bernama Loon dan sekelompok manusia modern yang
melukis Chauvet Cave di selatan Perancis.
LiveScience baru-baru
ini berbincang-bincang dengan Robinson mengenai inspirasinya, penelitian
menyeluruh yang ia lakukan untuk menulis novel itu, dan kosa kata unik
yang ia kembangkan saat menulis.
LiveScience (LS): Penelitian seperti apa yang Anda lakukan saat menulis “Shaman?”
Kim
Stanley Robinson (K.S.R): Kebanyakan, (aku membaca) bahan yang relevan.
Ada juga film Werner Herzog "Cave of Forgotten Dreams". Aku memiliki
DVD-nya ketika itu diluncurkan, karena di film itu ada gua yang mirip
dengan yang aku tulis. Aku memiliki seorang teman arkeolog yang tinggal
di seberang jalan yang membaca manuskrip dan beberapa teman di
(University of California),
Davis memperkenalkanku dengan
seorang antropolog yang bekerja dengan masyarakat di dataran tinggi New
Guinea yang masih buta huruf. Juga pengalaman berkemah musim dingin yang
aku lakukan (memberikanku) pengalaman langsung tentang bagaimana
rasanya berada di tengah salju hanya dengan peralatan berkemah saja.
Pengalaman itu sangat membantu. Pengalaman tersebut sering sekali muncul
ketika membaca literatur ilmiah yang relevan dan juga novel prasejarah
lainnya yang sudah ada sebelum karyaku.
LS: Novel
prasejarah seperti apa yang Anda baca? Apakah serial buku "Earth's
Children" karangan Jean M. Auel merupakan salah satu di antaranya?
K.S.R:
Aku hanya melihat beberapa halaman dan memutuskan: “Tidak, bukan
seperti ini yang benar-benar aku inginkan.” Ada sebuah novel bagus
karangan Elizabeth Marshall Thomas berjudul "Reindeer Moon", dan ia dulu
besar di antara penduduk asli Afrika Selatan saat masih kecil, jadi ia
paham sekali dengan masyarakat yang buta huruf.
Karya terkenal
William Golding “The Inheritors" tentang Neanderthals, adalah buku yang
hebat... Buku itu bagus karena novel yang sangat aku kagumi bukanlah
tentang orang-orang modern sepertiku atau dari zamanku, namun mereka
memberiku banyak ide.
LS: Apakah buku “The Inheritors" memiliki tempat dalam karya fiksi ilmiah Anda?
K.S.R.:
Bagiku buku itu sudah menjadi bagian dari proyekku sedari dulu --
proyek fiksi ilmiah ini tentang apa itu kemanusiaan. Siapa kita
sebenarnya? Apa yang kita harapkan? Bagaimana kita menggunakan
teknologi? Apakah dunia utopia masa depan memungkinkan bagi kita? Dalam
menjawab semua pertanyaan ini, sangat penting (untuk memahami) bagaimana
kita berevolusi menjadi diri kita saat ini dan bagaimana kita dulu,
kapan kita menjalani kehidupan yang menumbuhkan kita sebagai manusia
dalam arti evolusi.
LS: Apa yang membuat Anda tertarik pada bagian sejarah manusia ini?
K.S.R.:
Aku sudah sudah sejak lama tertarik dan salah satu penyebabnya adalah
penemuan manusia es (yang dijuluki Ötzi) di gletser yang berada di
Italia dan Austria pada 1991. Ia membeku bersama dengan semua
perlengkapannya.
Ketika aku melihat foto-foto dan deskripsi
perlengkapannya, aku menyadari perlengkapan itu hampir sama dengan
peralatan backpacking-ku, tapi perlengkapan tersebut tidak terbuat dari
nilon dan aluminium, perlengkapannya terbuat dari kain, jerami, kayu,
dan kulit. Sebagian adalah teknologi era paleolitik yang telah membusuk
dan menghilang dari kita, karena ribuan tahun adalah waktu yang cukup
panjang untuk membuat material organik menghilang. Aku tertarik dan itu
dikombinasikan dengan sosio-biologi dan berbagai ketertarikan terhadap
fiksi ilmiah yang aku miliki.
LS: Mengapa Anda memilih Chauvet Cave dan orang-orang yang melukisnya sebagai latar belakang untuk cerita Anda?
K.S.R.:
Chauvet Cave ditemukan pada 1995 dan buku yang penuh degan ilustrasi
muncul sekitar 1999. Film Herzog dibuat pada 2011 atau 2010 dan ketika
aku memutuskan untuk membuat novel tentang orang-orang yang melukis
Chauvet Cave, hal itu akan menjelaskan banyak hal. Berlokasi di selatan
Prancis berarti di lokasi pada 32 ribu tahun - tepat di zaman es - dan
manusia Neanderthal masih hidup, setidaknya beberapa dari mereka. Itulah
yang menjadi fokusku.
Aku menjadi yakin bahwa mereka mungkin
tinggal dengan senyaman mungkin, mengingat kondisi pengetahuan mereka
tentang obat-obatan dan alam semesta.
Sangat menarik untuk
memikirkan bahwa mereka tidak memiliki tulisan, bahwa ini adalah sebuah
teknologi penting yang mengubah kesadaran mereka. Tanpa itu mereka
berbeda dari kita dalam hal bagaimana mereka mengirimkan informasi
mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sangat penting untuk
mengajarkan pemula sampai benar-benar menguasainya. Penting untuk
menghapal berbagai hal, untuk memiliki bahasa daerah yang sebenarnya
sehingga bahasa mereka akan menjadi Shakespearean - bahasa daerah yang
sangat canggih karena mereka tidak perlu menulis.
LS: Bagaimana Anda mengembangkan kosa kata unik yang Anda gunakan di buku itu?
K.S.R.:
Saat aku menyadari bahwa narator harus berbicara dan bukannya menulis,
itu membuat perbedaan yang sangat besar. Kemudian aku harus berpikir
tentang kosa kata. Aku harus memikirkan setiap kata... Aku sadar bahwa
sebagai seorang penulis biasa, salah satu frasa paling umum untuk
memulai sebuah kalimat adalah “Faktanya.” Kata fakta mulai terasa
keliru. Mereka tidak memiliki fakta. Itulah konsep modern... Aku tidak
bisa menggunakan semua jenis kata. Aku mencoba untuk menelusuri setiap
kata... Aku mengembangkan kosa kata untuk semua kata yang digunakan
dalam bagian-bagian seksual. Hal itu dikarenakan kata-kata dalam bahasa
Inggris sangat dipengaruhi oleh Yahudi-Kristen atau orang munafik atau
masalah.
Semua kata-kata itu memiliki beban. Aku kembali ke
Basque dan Proto-Indo-European dan aku menggunakan kata-kata yang
sebenarnya. Aku hanya menggunakan kata sebenarnya dari zaman mereka.
Yang kami temukan adalah bahwa Basque sangat tua, Proto-Indo-European
juga sangat tua... Sekitar 100 kata yang harus ditentukan oleh pakar
bahasa saat ini kemungkinan sama tuanya dengan 15 ribu tahun lalu yang
tidak berubah seperti “mama” dan “aye”. Aku sedikit ragu dan sedikit
keberatan jika karakterku harus mengatakan “mama mia,” namun ternyata
kedua kata itu luar biasa tua... Ada banyak permainan bahasa yang harus
dimainkan.
LS: Apakah pengembangan kosa kata semacam itu merupakan masalah unik di novel ini?
K.S.R.:
Aku selalu tertarik dengan kosa kata novel yang membuat aku terpesona.
Subjek di dalam buku fiksi ilmiahku membutuhkan kosakata ilmiah atau
kosakata filosofis. Aku ingin kata-kata itu muncul dalam novelku dan
mendefinisikannya sehingga orang tidak melupakannya, dan malah menambah
perbendaharaan kosa kata mereka, serta buku itu sendiri menjelaskan kosa
kata tersebut. Anda bisa memeriksa ketepatan kata yang aku gunakan. Aku
tidak mengada-ada satu kata pun. Aku tahu jika hal itu kadang-kadang
terjadi dalam fiksi ilmiah, tapi aku tidak melakukannya.
LS : Apakah Anda pernah berspekulasi atau semua informasi itu berasal dari sumber-sumber arkeologi dan antropologi?
KSR
: Aku mempertimbangkan apa yang karakterku miliki untuk tidak sekadar
bertahan hidup, sesuatu yang tidak bisa diungkapkan oleh para
arkeologis, tapi menurutku akan terjadi. Jika Anda melihat api pada
malam hari -- dan terkadang ada api biru atau api hijau atau api ungu
yang akan muncul sehingga mereka bisa melacak apa yang membuat api
berwarna. Mereka akan menemukan bahwa mineral terlibat atau kayu busuk,
dan mereka akan mengumpulkannya karena itu seperti TV mereka. Itu akan
menjadi salah satu cara untuk menghibur mereka di festival. Aku sangat
yakin semua adegan pesta pasti memiliki semua hal tersebut, namun tidak
ada bukti arkeologi.
LS: Apakah Anda pernah mengunjungi Chauvet Cave?
K.S.R.:
Tidak, aku belum pernah pergi ke gua yang dilukis, dan aku sangat
menantikannya jika itu terjadi. Itu akan menjadi pengalaman yang sangat
emosional bagiku. Aku pergi ke beberapa gua di California dan juga pergi
ke salah satu gua besar di New Mexico dulu, 10 atau 15 tahun lalu.
Untuk buku ini, aku pergi ke beberapa gua marmer kecil di Sierras hanya
untuk melihat bagaimana gua itu sebenarnya. Dalam kebanyakan tur gua
yang Anda ikuti, mereka mematikan lampunya dan semuanya gelap gulita.
Ketika itu terjadi, aku berpikir, astaga, aku harus menggunakannya.
Sungguh mengejutkan betapa gelapnya itu.
sumber : http://id.berita.yahoo.com/menelusuri-32-ribu-tahun-silam-tanya-jawab-dengan-penulis-kim-stanley-robinson-104955951.html
Title : BUMI 32 RIBU TAHUN LALU
Description : Menelusuri Bumi 32 Ribu Tahun Silam : Tanya Jawab dengan Penulis Kim Stanley Robinson Oleh Miriam Kramer, LiveScience Tiga puluh dua rib...