Thomas Edison adalah seorang ilmuwan terbesar di dunia. Sekitar seratus
dua puluh tahun telah berlalu sejak ia menemukan bola lampu. Dalam masa
ini, bola lampu telah menjadi bagian penting kehidupan manusia. Kini,
jutaan bola lampu mungil bersama-sama menerangi kota-kota besar di
seluruh dunia. Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi peradaban
ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah menjumpai
cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari. Cahayanya begitu kuat
dan terang, namun sumber penerangan ini sangatlah berbeda dengan bola
lampu. Bahkan ia sama sekali bukanlah benda, melainkan makhluk hidup. Ia
adalah seekor kunang-kunang.
Makhluk
kecil ini menghasilkan cahaya dalam tubuhnya meski ia tidak memiliki
bola lampu. Meskipun tidak menggunakan listrik, ia memiliki teknologi
yang jauh lebih hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola lampu yang
mampu merubah sepuluh persen saja dari energinya menjadi cahaya,
sedangkan sembilan puluh persen sisanya berubah dan hilang menjadi
panas.
Sebaliknya, kunang-kunang mampu menghasilkan hampir seratus persen
cahaya dari energi yang ada. Ini dikarenakan disain sempurna pada sistem
penghasil cahaya yang dimilikinya. Tubuhnya berisi zat kimia khusus
bernama lusiferin, dan enzim yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan
cahaya, dua zat kimia ini bercampur, dan percampuran ini menghasilkan
energi dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didisain secara
khusus untuk memancarkan cahaya. Penempatan setiap atom yang membentuk
molekul tersebut telah ditentukan sesuai dengan tujuan ini. Tidak ada
keraguan bahwa disain biokimia ini bukanlah sebuah kebetulan. Ia sengaja
diciptakan secara khusus.
Tapi, untuk apakah kunang-kunang membuat cahaya melalui teknologi yang
sedemikian maju. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini, kita harus
mengamati lebih dekat sekawanan kunang-kunang. Sekelompok kunang-kunang
dalam jumlah besar, hingga ratusan ribu, di malam hari memunculkan
pemandangan yang membuat kita seolah sedang berjalan di bawah
bintang-bintang.
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai alat
komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan berbagai sarana
untuk berkomunikasi. Salah satunya adalah sandi morse, yang terdiri
atas kombinasi sinyal panjang dan pendek, dan dipakai pada telegram.
Kunang-kunang menggunakan sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang
menyerupai sandi morse.
Kunang-kunang jantan menyalakan dan
memadamkan cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini
berisi kode tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang
sama untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Sebagai hasil dari
pesan timbal-balik ini, sang jantan dan betina mendekat satu sama lain.
Sejak saat ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui bagaimana
berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana memahami pesan yang
dikirim oleh yang lain. Singkatnya, masing-masing dari ribuan
kunang-kunang yang kita lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah
keajaiban penciptaan.
Selama beberapa malam di Segitiga Bermuda,
pertunjukan cahaya tengah berlangsung. Beberapa saat setelah matahari
tenggelam, cahaya yang mempesona muncul di permukaan laut. Cahaya ini
berasal dari cacing laut betina yang sedang berada di permukaan. Sang
betina mencampurkan dua cairan kimia yang ia hasilkan dalam tubuhnya.
Makhluk ini tahu bagaimana menggunakan bahan-bahan kimia untuk
memproduksi cahaya dengan cara yang menakjubkan. Hasil akhirnya adalah
sebuah pertunjukan cahaya yang mengagumkan. Cacing betina melakukan ini
untuk menarik perhatian sang jantan. Makhluk yang sedang mendekat dengan
cahaya kecilnya yang terang adalah cacing laut jantan. Sepuluh menit
kemudian, permukaan laut telah tertutupi oleh ratusan betina yang
memancarkan cahaya terang. Jika bulan keluar dari balik awan dan
menerangi permukaan laut, mereka kembali ke kedalaman lautan. Dua puluh
menit kemudian pertunjukan ini berakhir.
Jika kita ingin menyaksikan tempat sesungguhnya, di mana binatang
menggunakan cahaya untuk berkomunikasi, maka kita harus pergi ke tempat
paling gelap di bumi, yaitu dasar lautan. Kapal selam ini didisain
khusus untuk dapat menyelam hingga kedalaman enam ratus meter. Sinar
matahari tidak dapat menembus kedalaman di bawah dua ratus meter. Di
sinilah tempat paling gelap di bumi. Tekanannya dua puluh kali lebih
tinggi dibandingkan di permukaan laut. Sobat mungkin berpikir bahwa tak
ada yang mampu hidup dalam kondisi ini. Namun sebuah pemandangan
menakjubkan muncul ketika terlihat suatu sinyal cahaya dari luar kapal
selam. Tiba-tiba muncul cahaya dari kegelapan dasar lautan, dengan kata
lain terdapat makhluk-makhluk hidup yang menjawab cahaya dengan cahaya,
dan berkomunikasi dengan cara memancarkan cahaya dalam kegelapan ini.
Di dasar lautan terdapat makhluk mengagumkan yang memancarkan cahaya
merah. Ia adalah seekor ubur-ubur. Pertunjukan cahaya dari spesies lain
yang berada di bagian lebih atas menyerupai pertunjukan karya seni.
Pertunjukan ini dapat dinikmati sepenuhnya setelah lampu kapal selam
dimatikan. Pemandangan yang muncul adalah beragam makhluk mempesona yang
bersinar dengan cahaya yang dihasilkannya sendiri. Terdapat sejenis
makhluk laut yang berenang-renang sambil memancarkan cahaya tanpa
seorang pun tahu apa fungsi cahaya ini. (Harun Yahya)
Title : MAKHLUK-MAKHLUK BERCAHAYA
Description : Thomas Edison adalah seorang ilmuwan terbesar di dunia. Sekitar seratus dua puluh tahun telah berlalu sejak ia ...