Kreyza Kailani. Panggil saja namanya Kreyza. Terkesan agak maskulin,
sedikit feminim. Seorang perempuan yang datang secara tak tepat pada
seorang anak laki-laki bernama Xulian. Pertemuan diantara mereka yang
singkat, pada sebuah kastil di sebuah perkampungan kecil – menyisakan
sengatan rasa pada jiwa Xulian. Bagi Xulian, pertemuan itu
mengingatkannya pada pertemuan sakral antara dirinya dengan kehidupan,
di saat dia terlahir ke dunia ini. Terasa lembut, spontan, dan dalam.
Pertemuan yang tak terencana, tak terduga, dan memberi efek yang
mengejutkan. Pertemuan itu seolah disengaja oleh Tuhan, agar kisah
percintaan Adam dan Hawa kembali memainkan perannya – dengan setting
tempat yang beda, dan waktu yang sangat tak tepat.
Kreyza Kailani. Dia lebih senang dipanggil Kreyza, dibanding Kaila.
Perempuan ini serasa memiliki segalanya. Keceriaan, kebahagiaan,
ketulusan, dan kecantikan telah menjadi hal yang given, yang melekat
pada dirinya. Tapi jauh dari itu semua, jiwa perempuan ini telah lama
memendam rasa sakit, yang membuat kehidupannya menjadi sedikit liar, dan
mudah tak terkendali. Dan Xulian tahu akan hal ini. Ingin rasanya
Xulian mengenal lebih dekat, berbincang tentang beberapa luka yang perlu
dibasuh dengan air kehidupan yang lebih segar. Berbincang tentang
cahaya yang telah dilihatnya, yang dia temukan di dalam diri Kreyza.
Xulian. Anak laki-laki yang terbiasa hidup dengan kebebasan. Kerasnya
hidup membuat dirinya tak pernah takut menghadapi apapun. Tapi tidak
untuk kali ini. Menghadapi Kreyza, Xulian dipenuhi dengan ketidakmentuan
dan keraguan. Dia sadar, bahwa kehadiran Kreyza telah membuka mata
hatinya akan jalan cinta yang lebih sejati. Tapi dia juga ragu, bahwa
Kreyza tak lebih dari bidadari yang turun dari langit – sekedar menebar
aroma wangi ke bumi. Dia kadang merasa, Kreyza adalah ilusi yang justru
menjadi perangkap bagi kehidupannya.
Beberapa minggu, Xulian mencoba untuk mengamati situasi. Membaca
setiap arah jiwa, menelusuri setiap jejak langkahnya dalam menemukan
jawaban. Benarkah Kreyza adalah sebutir cahaya yang diperuntukkan
baginya. Kali ini dia bertanya kepada sahabatnya yang bernama angin,
siapakah sebenarnya Kreyza. Dan apa yang dikatakan angin kepadanya,
membuatnya terperangah. Sang angin berujar, bahwa Kreyza adalah bidadari
kesunyian yang tak boleh disentuhnya. Karena cahaya yang ada di dalam
diri Kreyza, hanya bisa menyala terang jikalau Xulian tidak mengusik
ketenangannya. Biarkan Kreyza menjadi burung yang terbang bebas dengan
segala kelincahan dan pesonanya. Menghiasi langit biru dengan lengkung
sayapnya yang penuh warna.
Sejak saat itu, Xulian mencoba menahan segala rasa. Mencoba memaknai
ulang apa yang dia rasakan selama ini. Bahwa segala hal yang datang
secara cepat, akan pergi lebih cepat. Bahwa Xulian musti belajar lagi,
bagaimana cara mencintai tanpa memiliki. Dan dia cukup bahagia dengan
satu sengatan. Sengatan itu akan disimpannya, dalam sebuah ruang hati
sebagai kepingan perbendaharaan cinta.
Hingga pada suatu malam, Xulian menuliskan sebuah pesan, dan
dititipkan kepada angin untuk disampaikan kepada Kreyza. Pesan yang
dipetik dari penggalan syair lagu, yang mewakili suasana hatinya.
Sgala damai datang saatnya menjelang
Kurasakan lagi sejuk di peluknya
Halus tutur kata yang slalu tercipta
Mengundang naluri untuk sandarkan letihku
Dia masih saja tambatkan senyumnya
Meski bumi yang dia pijak lelahkan langkahnya
Belum cukup rasa yang kini tercipta
Baru saja dia di sini wanginya masih tertinggal
Sgala hampa datang saat dia menghilang
Tak pernah berharap datangnya lagi bidadari
Dia datang cepat di saat yang tak tepat
Kuharap pada yang mengerti mengapa begini
Lanjut kesini
sumber : http://www.elmoudy.com/bidadari-kesunyian
Title : BIDADARI KESUNYIAN
Description : Kreyza Kailani. Panggil saja namanya Kreyza. Terkesan agak maskulin, sedikit feminim. Seorang perempuan yang datang seca...