Dzikir kepada Allah (ilustrasi)
Oleh: Zainal Arifin
Pada suatu hari, ketika
Rasulullah SAW melihat semangat dan kesungguhan Rabi’ah bin Ka’ab
al-Aslami dalam membantu dan melayani keperluan beliau, Rasulullah
bersabda, “Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Niscaya aku akan memberimu.”
Mendengar
tawaran itu, Rabi’ah lalu menjawab, “Aku akan berpikir dahulu wahai
Rasulullah! Nanti aku akan memberitahukannya kepadamu.”
Maka,
Rabi’ah pun berpikir apa yang hendak ia minta dari sang kekasih Allah
tersebut. Sudah barang tentu semua yang dipinta dapat dipenuhi
Rasulullah, baik itu urusan yang bersifat dunia maupun urusan akhirat
kelak. Karena, Rasulullah sangat dimuliakan Allah SWT sehingga doa dan
permintaannya akan dikabulkan.
Dalam benak Rabi’ah, jika ia
meminta dunia, itu sungguh sesuatu yang hanya bersifat sementara. Semua
yang ada di dalamnya fana dan pasti akan lenyap dalam sekejap mata.
Dan
sesungguhnya selama hidup di dunia ini, Allah telah memberi rezeki yang
cukup dan selalu mendatangi siapa pun hamba-Nya yang memerlukan.
Setelah
merenung dan terus memikirkannya, Rabi’ah mencapai suatu tekad untuk
meminta akhirat. Ia menemui Rasulullah untuk menyampaikan permintaannya.
Tatkala Rasulullah didatangi Rabi’ah, beliau bertanya, ”Apakah yang
telah kamu perbuat wahai Rabi’ah?”
Rabi’ah Menjawab, “Wahai
Rasulullah, aku meminta kepadamu agar engkau sudi memberi syafaat
kepadaku di sisi Rabbmu, agar Dia membebaskanku dari api neraka.”
Mendengar permohonan Rabi’ah itu, Rasulullah kembali bertanya, “Siapakah
kiranya yang telah menyuruhmu untuk meminta hal ini?”
Rabi’ah
menjelaskan, tidak ada seorang pun yang menyuruhnya meminta demikian.
Permintaan itu lahir setelah ia berpikir dan merenungi jika segala yang
ada di dunia ini hanyalah bersifat sementara.
Rabi’ah hanya
meminta Rasulullah yang kedudukannya begitu mulia di sisi Allah,
berkenan mendoakannya agar selamat di akhirat yang abadi.
Mendengar
penjelasan Rabi’ah, Rasulullah berdiam sejenak lalu bersabda, “Aku akan
memenuhi permintaanmu, bantulah aku atas dirimu dengan engkau
banyak-banyak bersujud (banyak melaksanakan shalat).” (Sebagaimana
diriwayatkan oleh sang pelaku sejarah Imam Ahmad bin Hanbal).
Subhanallah
… itulah yang dipinta Rabi’ah ketika mendapat kesempatan emas.
Seandainya ia meminta jabatan, harta, dan kesenangan dunia, pasti
Rasulullah tetap berupaya memberikannnya.
Sebaliknya, kesempatan
emas yang belum tentu didapatkan setiap manusia itu, Rabi’ah gunakan
untuk mempersiapkan kehidupannya di akhirat.
Ia meminta agar
selamat dari api neraka dan menikmati indahnya surga yang abadi.
Demikianlah sekiranya kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah, jika
ada tawaran dari pemimpin kita atau dari siapa pun yang itu bersifat
duniawi bahkan penuh dengan konspirasi. Sepatutnya kita menolak tanpa
ragu.
Sungguh, segala kenikmatan di dunia ini, sejatinya banyak
berupa jebakan setan, yang dapat menjerumuskan umat manusia ke dalam
neraka. Mari berhati-hati dan selalu meminta keselamatan akhirat yang
abadi. Di buka
Title : MEMINTA AKHIRAT
Description : Dzikir kepada Allah (ilustrasi) Oleh: Zainal Arifin Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW melihat semangat dan kesungguhan Rabi’...