Oleh: Tanya Lewis | Live Science
Tragedi asmara melanda semua
makhluk, termasuk makhluk berkaki delapan. Laba-laba jantan mendekati
laba-laba betina (yang berukuran empat kali lebih besar). Sang betina
menghindar, tapi jantan merayap semakin mendekat.
Akhirnya,
jantan berhasil memeluk betina dengan menggunakan kaki-kaki kecilnya,
menaiki betina, dan memasukkan “penis” ke alat kelamin betina serta
menyuntikkan sperma.
Kemudian, kaki laba-laba jantan mengerut. Ia tidak bergerak, jantungnya berhenti bergerak.
Laba-laba
pemancing jantan (Dolomedes tenebrosus) kawin hanya dengan satu
laba-laba betina, dan hal tersebut menyebabkan kematian seketika dan
kerusakan alat kelamin, menurut penelitian terbaru. Jasadnya kemudian
dimakan laba-laba betina kemudian.
Kisah mengerikan ini bukanlah
kasus kanibalisme seksual pertama, ketika seekor laba-laba (biasanya
betina) memangsa pasangannya setelah mereka kawin. Namun, tidak seperti
spesies laba-laba lain yang betinanya memakan sang jantan, laba-laba
pemancing jantan tampaknya mati karena sebab-sebab internal.
Peneliti
Steven Schwartz, mahasiswa jurusan ekologi perilaku hewan di University
of Nebraska-Lincoln, menemukan kematian mendadak laba-laba pemancing
secara kebetulan. Tadinya Schwartz ingin mencari tahu apakah laba-laba
pemancing jantan hanya kawin dengan satu betina sepanjang hidupnya
(monogini).
Namun ketika ia mengamati lebih saksama, Schwartz
menemukan bahwa laba-laba jantan mati setelah sekali kawin. Mati
sendiri, bukan dibunuh sang betina, ujar Schwartz.
Semua
laba-laba jantan memiliki dua organ tambahan yang dikenal dengan istilah
pedipalp (atau biasa disingkat palpi). Saat laba-laba jantan matang
secara seksual, mereka berejakulasi ke jaring-jaring sperma dan
mengisapnya dengan palpi, yang mengembang karena tekanan cairan. Saat
kawin, laba-laba jantan menyalurkan sperma ke dalam tubuh betina dari
salah satu palpi-nya, yang kemudian mengempis.
Namun untuk
spesies laba-laba pemancing, organ palpi tetap menggembung dan tidak
berguna setelah kawin. Laba-laba jantan kemudian mengerut dan teronggok
tidak berdaya di dekat tubuh laba-laba betina. Dalam beberapa jam, ia
mati.
Penyebab kematian sang jantan tampaknya berkaitan dengan
membesarnya ukuran palpi, ujar Schwartz. Dalam beberapa kasus, Schwartz
secara tidak sengaja memicu pembesaran tersebut, dan laba-laba jantan
akhirnya mengerut dan mati.
Laba-laba pemancing betina kemudian
akan memakan laba-laba jantan yang mati, namun ada beberapa keuntungan
yang didapat oleh laba-laba jantan, setidaknya gennya diturunkan pada
anaknya.
Memakan laba-laba jantan dapat mengurangi kemungkinan
laba-laba betina “menggoda” laba-laba jantan lainnya, hal tersebut
meningkatkan kesempatan bahwa hanya laba-laba jantan yang mati itulah
yang menjadi ayah dari anak-anak sang betina.
“Jika seekor
laba-laba jantan dapat memonopoli seekor laba-laba betina, laba-laba
jantan lainnya akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk kawin,”
ujar Schwartz. Dengan “memakan sang jantan” kondisi tubuh sang betina
dapat terjaga sehingga menghasilkan keturunan yang lebih sehat. Jadi
bagi laba-laba jantan, “kematiannya tidak sepenuhnya sia-sia,” ujar
Schwartz.
Monogini dan perilaku mengorbankan diri bagi sang
betina juga terjadi di beberapa spesies lain, antara lain laba-laba
punggung merah Australia. Strategi kawin semacam ini sering kali terjadi
di antara spesies dengan jumlah jantan yang lebih tinggi dibandingkan
betina, sehingga laba-laba jantan memiliki kesempatan kawin yang
terbatas.
Bagi laba-laba pemancing jantan, yang hanya mempunyai satu kali kesempatan untuk kawin, pengorbananmu tidak sia-sia. Di buka
sumber : http://id.berita.yahoo.com/kisah-asmara-kejam-laba-laba-jantan-mati-setelah-kawin-115628715.html
Title : KISAH ASMARA KEJAM : LABA-LABA JANTAN MATI SETELAH KAWIN
Description : Oleh: Tanya Lewis | Live Science Tragedi asmara melanda semua makhluk, termasuk makhluk berkaki delapan. Laba-laba jantan mendekati...